Selasa, 31 Mei 2016

HINGGA DAN SENJA


HINGGA DAN SENJA..
Tari gadis remaja yang bersekolah di SMA Airlangga kelas X. Dia penggemar aksesoris berwarna oranye.
Tari meluruskan diri dengan barisan di depannya, lalu berdiri dengan tertib. Diperiksanya rok dan baju seragam, kaus kaki, sepatu, juga semua aksesori yang dipakainya. Jam tangan, anting-anting, gelang, cincin, dan ikat rambut yang semua bernuansa oranye. Setelah yakin penampilannya rapi, cewek itu tersenyum puas.
Ini upacaranya yang kedua sebagai anak SMA. Upacara kedua dalam balutan seragam putih abu-abu. Jadi ia masih patuh dan tertib, juga masih bersemangat meskipun matahri kelihatnnya bakalan terik.
Jam tujuh tepat bel berbunyi, tanda upacara akan dimulai.
***
Jam tujuh tepat!
Ari melompat turun dari bus yang ditumpanginya.sambil merutuki motornya yang sudah dua hari masuk bengkel dan taksi kosong yang tidak juga lewat meskipun dia sudah berdiri lebih dari setengah jam di pinggir jalan, cowok itu berjalan dengan langkah cepat menuju gedung sekolah, meskipun dia tahu sudah terlambat. Upacara sudah dimulai. Tapi masih ada waktu kira-kira lima menit sebelum Bu Sam –guru yang doyan banget patrol ke barisan belakang setiap kelas , yang kalau sudah ngomel bisa bikin kuping budek – sampai di kelas yang akan ditujunya. Nggak tahu kelas sepuluh berapa, yang pasti kelas itu berada tepat di depan jeruji pagar sekolah yang bisa dicopot.
Sebenarnya Ari bisa saja menyelinap ke barisan kelasnya sendiri, meskipun kelas-kelas dua belas berbaris tepat di depan barisan para guru.soalnya, dating terlmbat sudah sering dilakukannya baik disengaja ataupun tidak. Tapi pagi ini dia sedang malas mendengarkan ceramah Bu Sam, guru yang palinh terobsesi pada tata tertib, kepatuhan, dan keteraturan.
Apalagi di sekolah itu juga da guru model Bu Ida, yang nggak kawin-kawin juga padahal umurnya –menurut rumor yang beredar – sebentar lagi mau lima puluh. Makanya tu guru sering ngomong bahwa murid-muridnya sudah dianggapnya kayak anak sendiri. Yang artinya, Bu Ida akan ngomel, yang menurut dia, selayaknya ibu kandung mereka di rumah.
Yang terakhir ini yang bikib anak-anak SMA Airlangga,sebisa mungkin di luar jam pelajaran biologi, mending nggak berrusan dengan Bu Ida. Soalnya dia kalau ngomel lebih cerewet, lebih heboh, dan lebih lama daripa ibu mereka di rumah. Malah banyak yang bilang suara Bu Ida juga lebih nyaring.
Menjelang mendekati pagar sekolah, Ari berjalan dengan punggung sedikit membungkuk dan berusaha tidak menimbulkan suara, langsung ke tempat yang dituju. Dengan cermat dipandanginya besi-besi jeruji pagar di depannya dan dengan cepat dia menemukan yang dicari.
Suara gemerisik semak membuat siswi-siswi yang berada di barisan belakang menoleh. Mereka tercengang mendapati seorang cowok sedang menarik salah satu jeruji pagar dengan paksa, kemudian menyelinap masuk ke halaman.
"Liat apa!?" Tanya Ari galak.
Cewek-cewek itu tersentak dan seketika memalingkan kembali muka mereka ke depan. Ari menahan senyum. Setelah mengembalikan jeruji itu ke tempatnya, ia menyembunyikan tasnya di dalam kerimbunan asoka yang tumbuh di sepanjang tepi halaman. Kemudian dengan cepat cowok itu menyelinap ke tengah barisan, berusaha mencapai bagian depan tanpa kentara.
Kebijaksanaan sekolah, cowok-cowok harus berbaris di bagian depan. Cewek-cewek di belakang. Alasannya, cowok tukang bikin rebut. Alasan yang kontan bikin semua siswa cowok protes keras. Cewek juga sama. Coba aja denger kalo mereka lagi nggosip sambil cekikikan. Berisiknya malah lebih parah daripada cowok.
"Mundur dong!" bisik Ari ke cewek terdepan. Tari, cewek yang berambut panjang dan penuh nuansa oranye itu, menoleh kaget dan langsung mundur selangkah. Nada otoritas dalam suara Ari membuatnya patuh tanpa sadar.
Cewek-cewek yang berbaris di belakangnya terpaksa mengikuti. Ari segera mengisi tempat kosong itu.
"Thanks." Sesaat Ari menoleh ke belakang dan tersenyum. Tari membalasnya dengan ragu.
Kayaknya pagi ini matahari sedang bersemangat melaksanakan tugasnya. Upacara baru berjalan kira-kira dua puluh menit, tapi setiap siswa yang sedang berbaris di lapangan mersa sedang berdiri persis di depan kompor.
Ari menoleh ke belakang. Dilihatnya Tari sedang menunduk dalam-dalam, menghindari sengatan matahari sebisanya. Mukanya sudah merah, sementara keringat mengalir deras di kedua pelipisnya. Ari mundur selangkah. Dihalanginya sinar matahari itu dengan tubuhnya. Sekali lagi dia menoleh ke belakang, meyakinkan diri bahwa cewek di belakangnya telah terlindungi sepenuhnya. Terkejut, Tari mengangkat muka. Ditatapnya Ari dengan pandangan bertanya. Cowok itu cuma tersenyum datar dan mengangkat kedua alisnya.
Jam delapan kurang sedikit, upacara bendera selesai. Pada cewek yang selama hampir satu jam ini telah dilindunginya dari panas matahari, Ari menatapnya sesaat kemudian pergi.
Pada tubuh tinggi dibalut kemeja yang kini basah kuyup karena keringat, yang telah melindunginya dari panas matahari selama hampir satu jam tadi, Tari terus menatap kepergiannya dalam ketersimaan.

Sejak kejadian upacara tadi pagi, semua teman-teman tari penasaran, lalu sms datang menghantui tari.
SMS masuk dari teman sebangkunya, Fio.
Bsk gw mo cr tau sapa tu cowok. Gw pnsrn!
Tak lama masuk lagi satu SMS. Dari Maya, cewek yang duduk di belakang Fio. Isinya hampir sama dengan SMS Fio.
Tar, bsk mo gw slidikin sapa tu cwok. Gw pnsrn! Bnran lo gak knl dy?
Beberapa saat kemudian masuk lagi satu SMS. Sekarang dari Sari.
Gw pnsrn sm tu cwok! Bsok mo gw slidikin. Bnran lo gak knl tar?
Tari jadi bengong. Baru saja akan dibalasnya SMS-SMS itu, masuk lagi satu SMS baru. Yang ini dari Lia.
Dy gbtan lo ya ta? Kok diem2 aj siy? CRITA DWOOOONG!!!
Masuk lagi satu SMS baru. Dia Utari. Yang punya nama panggilan sama dengan dirinya, Tari juga.
Nm kt kan hmpr sm tuh. Mdh2an aja ntr dy slh kira. Gw tu lo, huehehehe…
"Apaan lagi ni anak?" desis Tari saat membaca SMS Utari itu. Masuk lagi satu SMS baru. Dari Devi.
Masa siy lo gak knl dy? Boong lo! Blg aja lo gak mo knlin dy ke kt2.
"Iiiih!" Tari berseru kesal. "Pada nggak percayaan amat sih? Orang gue udah bilang gue nggak kenal tu orang," Tari mengomel sambil memelototi layar ponselnya.
Tadi pagi begitu upacara selesai, Tari memang langsung dikerumuni cewek-cewek teman sekelasnya. Dengan nada nyaris histeris mereka berebut nanya, "Siapa, Tar!? Siapa, Tar!?" padahal jelas-jelas Tari sedang ternganga-nganga menatap cowok jangkung yang berjalan meninggalkan lapangan tanpa menoleh ke belakang sama sekali itu. Yang artinya, Tari nggak kenal juga.
Makanya Tari jadi kesal dan memutuskan untuk tidak menjawab SMS beruntun dari teman-teman sekelasnya itu. Percuma, bakalan cuma buang-buang pulsa.
Besok paginya, begitu memasuki kelas, Tari langsung di sambut protes.
"Kok SMS kami nggak lo bales sih, Tar?" Tanya Maya, mewakili yang lain.
Tari berjalan menuju bangkunya sambil melirik teman-temannya, agak kesal.
"Ya lagian sih, kemaren kan udah gue bilang berkali-kali, gue nggak kenal tu cowok. Eh, ditanyain lagi." Tari memasukkan tasnya ke laci lalu sepasang matanya mencari-cari Devi. Ketika dia temukan temannya itu, diangkatnya alis tinggi-tinggi. "Asli, gue ggak kenal siapa tu cowok. Bukannya nggak mau ngenalin ke elo."

Semua teman-teman tari termasuk Tari sangat penasaran siapa nama cowo itu, mereka semua mencari tau dengan berbagai cara, akhirnya salah satu teman Tari tau siapa nama cowo misterius itu, namanya Ari, nama ngetop di SMA Airlangga. Biang onar sekolah. Salah satu panglima perang saat tawuran, yang berani memimpin teman-temannya sampai ke jalan raya, bahkan menyerang sekolah yang dianggap cari gara-gara. Siswa yang paling sering menyebabkan para guru terserang sakit kepala, migraine, atau darah tinggi. Juga sering membuat guru yang sedang menjalankan ibadah puasa Senin-Kamis atau puasa-puasa yang lain, buka jam 12 siang, habis zuhur, gara-gara baru saja memarahi Ari sampai tenggorokan kering kerontang. Bukan hausnya yang jadi masalah, tapi tampang nggak peduli Ari itu yang membuat guru yang bersangkutan jadi ingin melanjutkan marah-marahnya. Setahun lalu, beberapa guru yang relatif masih muda dan belum punya pengalaman, guru-guru cewek pastinya, malah dibikin nangis sama Ari!
Jam pulang sekolah tiba…. Tari dan teman-temanya bergegas pulang.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh orang-orang berlari. Tari balik badan dan terpana. Segerombolan besar cowok-cowok SMA Brawijaya, musuh bebuyutan sekolah Tari , muncul dari tikungan. Beberapa orang dengan tongkat kayu tergenggam di tangan kanan. Beberapa orang membawa kantong plastik hitam. Tari tahu pasti apa isinya. Batu!
Refleks, Tari bersembunyi…Sayangnya, satu-satunya tempat bersembunyi yang paling dekat cuma bak sampah yang terletak di depan pagar kantor pemerintahan.
Akhirnya Tari diselamatkan oleh Ari, akan tetapi kamus B.Inggris-Indonesia tari tertinggal..
**
Keesokan harinya sepulang sekolah..Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan Tari. Begitu sang pengendara membuka kaca helmnya, kedua bola mata Tari kontan terbelalak. Cowok pentolan SMA Brawijaya itu!
"Hai," cowok itu menyapa dan tersenyum. "Mau balikin kamus." Diturunkannya risleting jaketnya. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia milik Tari langsung menyembul dalam posisi berdiri bersandar di dada cowok itu. "Nih." Diambilnya kamus itu kemudian dia ulurkan kepada sang pemilik.
Tanpa merasa perlu minta izin, Ari mengambil kamus itu dari tangan Tari lalu membukanya. Selembar kertas kecil meluncur dari sana. Dengan cepat Ari menahannya dengan satu jari. Keningnya sedikit mengerut membaca tulisan yang tertera di sana.
Hai, Tari. Salam kenal ya. Gue Angga.


Hari berikutnya Ari berusaha mendekati Tari utuk melindunginya dari Angga, tapi cap pentolan Sekolah membuat Tari menjauh dari Ari, tapi Ari tak pernah menyerah, semakin Tari menjauh Ari semakin mendekatinya. Angga yang melihat Ari berusaha untuk mendekati Tari mencoba memanas-manasi Ari dengan mendekati Tari

Ari yang kayaknya cemburu dengan Angga berusaha mendekati Tari, dan Tari nggak bisa lepas dari teror Ari yang semakin brutal, teman Ari yaitu Oji kewalahan menghadapi Ari, ia lalu meminta bantuan Ridho untuk menghadapi Ari, dengan kerjasama yang baik akhirnya Ridho dan Oji berhasil menjauhkan Ari dari Tari, mereka berdua membawa Ari ke toilet untuk menenangkan Ari, tapi Ari memberontak, Ridho pun langsung menampar Ari, Ari terdiam dan dia hanya berkata "Namanya Matahari Jingga"


Akhirnya Dewi Fortuna berpihak kepada Ari, “Sepupunya Angga ada di kelas sepuluh tiga. Cewek. Namanya Anggita Prameswari,” ucap Ridho pelan. Senyum simpul seketika mendarat di bibir Ari. Ia menjadikan Gita sebagai pion agar Angga mundur melawan Ari. Karena itu, Angga tidak bisa lagi berkomunikasi langsung dengan Tari. Tari bingung dan sedih saat tahu tentang itu. Ia tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi sandarannya apabila teror-teror lainnya dilancarkan oleh Ari.

Tanpa di sengaja Tari bertemu dengan Ari di sebuah foodcourt, tapi setelah mereka berbincang-bincang tertebaklah, ternyata orang itu bukan Ari melainkan Ata kembaran Ari, satu kejutan buat Tari nama lengkap Ata adalah “Matahari Jingga” Ya... nama Ata adalah kebalikan dari nama Tari, dan sejak itu Tari seperti menemukan pengganti Angga.
Tari sangat nyaman dengan Ata. Ata sangat berbeda dengan Ari , walau mereka kembaran sih..
Ata yang mukanya sama persis kepada Ari membuat Tari merasa bahagia karna perasaan yang dahulu buat Ari dia lupakan karena kelakuan sifat dan sikap Ari yang nakal. Dan sekarang ada yang mirip sama persis tetapi dia baik sopan dan berprestasi  kini berubah perasaanya suka dan cinta kepada Ata .
Ari mengetahui kedekatan saudara kembarannya dengan Tari merasa cemburu dan melarang Ata untuk menjauhi Tari. Nomor HP Ata dihapus oleh Ari di HP Tari.
Tari pun menangis, dia tidak bisa berbuat apa-apa karna Ari sangat galak dan serius saat mengapus no Ata di HP Tari..
Tetapi Ari malah mengira Tari menangis karna Angga.
Tanpa dia sadari Tari menangis karna dirinya ..
Berbagai cara dilakukan Ari agar Ata tidak lagi mendekati Tari. Tapi gagal..
Mereka tetap berhubungan baik bahkan semakin lengket..
Sejak peristiwa pagi hari saat melihat mata Tari bengkak,  Ari semakin penasaran. Benarkah itu hanya karena nomor HP Ata dihapusnya dari HP Tari, atau karena Angga? Kalau memang karna Angga, Ari ingin tahu  apa yang telah dilakukan cowok itu terhadap Tari.
Setelah menemuka a shoulder to cry on pengganti Angga dan Ari, perlahan-lahan Tari mulai melupakan Angga dan Ari dan curhat habis-habisan kepada Ata. Gangguan dan intimidasi Ari juga tidak diacuhkan. Dan inilah yang membuat Arimakin salah tinggkah. Kini saingannya  bukanlah Angga, melaikan saudara kembaranya sendiri yaitu Ata.
Disaat Tari merasa menemukan pelabuhan hatinya dalam diri Ata. Dan Ari pun mundur begitu juga dengan Angga. ( Bersambung )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar