HINGGA DAN SENJA..
Tari gadis
remaja yang bersekolah di SMA Airlangga kelas X. Dia penggemar aksesoris
berwarna oranye.
Tari
meluruskan diri dengan barisan di depannya, lalu berdiri dengan tertib.
Diperiksanya rok dan baju seragam, kaus kaki, sepatu, juga semua aksesori yang
dipakainya. Jam tangan, anting-anting, gelang, cincin, dan ikat rambut yang
semua bernuansa oranye. Setelah yakin penampilannya rapi, cewek itu tersenyum
puas.
Ini upacaranya
yang kedua sebagai anak SMA. Upacara kedua dalam balutan seragam putih abu-abu.
Jadi ia masih patuh dan tertib, juga masih bersemangat meskipun matahri
kelihatnnya bakalan terik.
Jam tujuh
tepat bel berbunyi, tanda upacara akan dimulai.
***
Jam tujuh
tepat!
Ari melompat
turun dari bus yang ditumpanginya.sambil merutuki motornya yang sudah dua hari
masuk bengkel dan taksi kosong yang tidak juga lewat meskipun dia sudah berdiri
lebih dari setengah jam di pinggir jalan, cowok itu berjalan dengan langkah
cepat menuju gedung sekolah, meskipun dia tahu sudah terlambat. Upacara sudah
dimulai. Tapi masih ada waktu kira-kira lima menit sebelum Bu Sam –guru yang
doyan banget patrol ke barisan belakang setiap kelas , yang kalau sudah ngomel
bisa bikin kuping budek – sampai di kelas yang akan ditujunya. Nggak tahu kelas
sepuluh berapa, yang pasti kelas itu berada tepat di depan jeruji pagar sekolah
yang bisa dicopot.
Sebenarnya Ari
bisa saja menyelinap ke barisan kelasnya sendiri, meskipun kelas-kelas dua
belas berbaris tepat di depan barisan para guru.soalnya, dating terlmbat sudah
sering dilakukannya baik disengaja ataupun tidak. Tapi pagi ini dia sedang
malas mendengarkan ceramah Bu Sam, guru yang palinh terobsesi pada tata tertib,
kepatuhan, dan keteraturan.
Apalagi di
sekolah itu juga da guru model Bu Ida, yang nggak kawin-kawin juga padahal
umurnya –menurut rumor yang beredar – sebentar lagi mau lima puluh. Makanya tu
guru sering ngomong bahwa murid-muridnya sudah dianggapnya kayak anak sendiri.
Yang artinya, Bu Ida akan ngomel, yang menurut dia, selayaknya ibu kandung mereka
di rumah.
Yang terakhir
ini yang bikib anak-anak SMA Airlangga,sebisa mungkin di luar jam pelajaran
biologi, mending nggak berrusan dengan Bu Ida. Soalnya dia kalau ngomel lebih
cerewet, lebih heboh, dan lebih lama daripa ibu mereka di rumah. Malah banyak
yang bilang suara Bu Ida juga lebih nyaring.
Menjelang
mendekati pagar sekolah, Ari berjalan dengan punggung sedikit membungkuk dan
berusaha tidak menimbulkan suara, langsung ke tempat yang dituju. Dengan cermat
dipandanginya besi-besi jeruji pagar di depannya dan dengan cepat dia menemukan
yang dicari.
Suara
gemerisik semak membuat siswi-siswi yang berada di barisan belakang menoleh.
Mereka tercengang mendapati seorang cowok sedang menarik salah satu jeruji
pagar dengan paksa, kemudian menyelinap masuk ke halaman.
"Liat
apa!?" Tanya Ari galak.
Cewek-cewek
itu tersentak dan seketika memalingkan kembali muka mereka ke depan. Ari
menahan senyum. Setelah mengembalikan jeruji itu ke tempatnya, ia
menyembunyikan tasnya di dalam kerimbunan asoka yang tumbuh di sepanjang tepi
halaman. Kemudian dengan cepat cowok itu menyelinap ke tengah barisan, berusaha
mencapai bagian depan tanpa kentara.
Kebijaksanaan
sekolah, cowok-cowok harus berbaris di bagian depan. Cewek-cewek di belakang.
Alasannya, cowok tukang bikin rebut. Alasan yang kontan bikin semua siswa cowok
protes keras. Cewek juga sama. Coba aja denger kalo mereka lagi nggosip sambil
cekikikan. Berisiknya malah lebih parah daripada cowok.
"Mundur
dong!" bisik Ari ke cewek terdepan. Tari, cewek yang berambut panjang dan
penuh nuansa oranye itu, menoleh kaget dan langsung mundur selangkah. Nada
otoritas dalam suara Ari membuatnya patuh tanpa sadar.
Cewek-cewek
yang berbaris di belakangnya terpaksa mengikuti. Ari segera mengisi tempat
kosong itu.
"Thanks."
Sesaat Ari menoleh ke belakang dan tersenyum. Tari membalasnya dengan ragu.
Kayaknya pagi
ini matahari sedang bersemangat melaksanakan tugasnya. Upacara baru berjalan
kira-kira dua puluh menit, tapi setiap siswa yang sedang berbaris di lapangan
mersa sedang berdiri persis di depan kompor.
Ari menoleh ke
belakang. Dilihatnya Tari sedang menunduk dalam-dalam, menghindari sengatan
matahari sebisanya. Mukanya sudah merah, sementara keringat mengalir deras di
kedua pelipisnya. Ari mundur selangkah. Dihalanginya sinar matahari itu dengan
tubuhnya. Sekali lagi dia menoleh ke belakang, meyakinkan diri bahwa cewek di
belakangnya telah terlindungi sepenuhnya. Terkejut, Tari mengangkat muka.
Ditatapnya Ari dengan pandangan bertanya. Cowok itu cuma tersenyum datar dan
mengangkat kedua alisnya.
Jam delapan
kurang sedikit, upacara bendera selesai. Pada cewek yang selama hampir satu jam
ini telah dilindunginya dari panas matahari, Ari menatapnya sesaat kemudian
pergi.
Pada tubuh
tinggi dibalut kemeja yang kini basah kuyup karena keringat, yang telah
melindunginya dari panas matahari selama hampir satu jam tadi, Tari terus
menatap kepergiannya dalam ketersimaan.
Sejak kejadian
upacara tadi pagi, semua teman-teman tari penasaran, lalu sms datang menghantui
tari.
SMS masuk dari
teman sebangkunya, Fio.
Bsk gw mo cr
tau sapa tu cowok. Gw pnsrn!
Tak lama masuk
lagi satu SMS. Dari Maya, cewek yang duduk di belakang Fio. Isinya hampir sama
dengan SMS Fio.
Tar, bsk mo gw
slidikin sapa tu cwok. Gw pnsrn! Bnran lo gak knl dy?
Beberapa saat kemudian
masuk lagi satu SMS. Sekarang dari Sari.
Gw pnsrn sm tu
cwok! Bsok mo gw slidikin. Bnran lo gak knl tar?
Tari jadi
bengong. Baru saja akan dibalasnya SMS-SMS itu, masuk lagi satu SMS baru. Yang
ini dari Lia.
Dy gbtan lo ya
ta? Kok diem2 aj siy? CRITA DWOOOONG!!!
Masuk lagi
satu SMS baru. Dia Utari. Yang punya nama panggilan sama dengan dirinya, Tari
juga.
Nm kt kan hmpr
sm tuh. Mdh2an aja ntr dy slh kira. Gw tu lo, huehehehe…
"Apaan
lagi ni anak?" desis Tari saat membaca SMS Utari itu. Masuk lagi satu SMS
baru. Dari Devi.
Masa siy lo
gak knl dy? Boong lo! Blg aja lo gak mo knlin dy ke kt2.
"Iiiih!"
Tari berseru kesal. "Pada nggak percayaan amat sih? Orang gue udah bilang
gue nggak kenal tu orang," Tari mengomel sambil memelototi layar
ponselnya.
Tadi pagi
begitu upacara selesai, Tari memang langsung dikerumuni cewek-cewek teman
sekelasnya. Dengan nada nyaris histeris mereka berebut nanya, "Siapa,
Tar!? Siapa, Tar!?" padahal jelas-jelas Tari sedang ternganga-nganga
menatap cowok jangkung yang berjalan meninggalkan lapangan tanpa menoleh ke
belakang sama sekali itu. Yang artinya, Tari nggak kenal juga.
Makanya Tari
jadi kesal dan memutuskan untuk tidak menjawab SMS beruntun dari teman-teman
sekelasnya itu. Percuma, bakalan cuma buang-buang pulsa.
Besok paginya,
begitu memasuki kelas, Tari langsung di sambut protes.
"Kok SMS
kami nggak lo bales sih, Tar?" Tanya Maya, mewakili yang lain.
Tari berjalan
menuju bangkunya sambil melirik teman-temannya, agak kesal.
"Ya
lagian sih, kemaren kan udah gue bilang berkali-kali, gue nggak kenal tu cowok.
Eh, ditanyain lagi." Tari memasukkan tasnya ke laci lalu sepasang matanya
mencari-cari Devi. Ketika dia temukan temannya itu, diangkatnya alis
tinggi-tinggi. "Asli, gue ggak kenal siapa tu cowok. Bukannya nggak mau
ngenalin ke elo."
Semua teman-teman tari termasuk Tari
sangat penasaran siapa nama cowo itu, mereka semua mencari tau dengan berbagai
cara, akhirnya salah satu teman Tari tau siapa nama cowo misterius itu, namanya
Ari, nama ngetop di SMA Airlangga. Biang onar sekolah. Salah
satu panglima perang saat tawuran, yang berani memimpin teman-temannya sampai
ke jalan raya, bahkan menyerang sekolah yang dianggap cari gara-gara. Siswa yang
paling sering menyebabkan para guru terserang sakit kepala, migraine, atau
darah tinggi. Juga sering membuat guru yang sedang menjalankan ibadah puasa
Senin-Kamis atau puasa-puasa yang lain, buka jam 12 siang, habis zuhur,
gara-gara baru saja memarahi Ari sampai tenggorokan kering kerontang. Bukan
hausnya yang jadi masalah, tapi tampang nggak peduli Ari itu yang membuat guru
yang bersangkutan jadi ingin melanjutkan marah-marahnya. Setahun lalu,
beberapa guru yang relatif masih muda dan belum punya pengalaman, guru-guru
cewek pastinya, malah dibikin nangis sama Ari!
Jam pulang sekolah tiba…. Tari dan teman-temanya bergegas
pulang.
Tiba-tiba
terdengar suara gemuruh orang-orang berlari. Tari balik badan dan terpana.
Segerombolan besar cowok-cowok SMA Brawijaya, musuh bebuyutan sekolah Tari ,
muncul dari tikungan. Beberapa orang dengan tongkat kayu tergenggam di tangan
kanan. Beberapa orang membawa kantong plastik hitam. Tari tahu pasti apa
isinya. Batu!
Refleks, Tari
bersembunyi…Sayangnya, satu-satunya tempat bersembunyi yang paling dekat cuma
bak sampah yang terletak di depan pagar kantor pemerintahan.
Akhirnya Tari
diselamatkan oleh Ari, akan tetapi kamus B.Inggris-Indonesia tari tertinggal..
**
Keesokan
harinya sepulang sekolah..Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan Tari. Begitu
sang pengendara membuka kaca helmnya, kedua bola mata Tari kontan terbelalak.
Cowok pentolan SMA Brawijaya itu!
"Hai,"
cowok itu menyapa dan tersenyum. "Mau balikin kamus." Diturunkannya
risleting jaketnya. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia milik Tari langsung
menyembul dalam posisi berdiri bersandar di dada cowok itu. "Nih."
Diambilnya kamus itu kemudian dia ulurkan kepada sang pemilik.
Tanpa merasa
perlu minta izin, Ari mengambil kamus itu dari tangan Tari lalu membukanya.
Selembar kertas kecil meluncur dari sana. Dengan cepat Ari menahannya dengan
satu jari. Keningnya sedikit mengerut membaca tulisan yang tertera di sana.
Hai, Tari.
Salam kenal ya. Gue Angga.
Hari berikutnya
Ari berusaha mendekati Tari utuk melindunginya dari Angga, tapi cap pentolan
Sekolah membuat Tari menjauh dari Ari, tapi Ari tak pernah menyerah, semakin
Tari menjauh Ari semakin mendekatinya. Angga yang melihat Ari berusaha untuk
mendekati Tari mencoba memanas-manasi Ari dengan mendekati Tari
Ari yang kayaknya cemburu dengan Angga berusaha mendekati Tari, dan Tari nggak bisa lepas dari teror Ari yang semakin brutal, teman Ari yaitu Oji kewalahan menghadapi Ari, ia lalu meminta bantuan Ridho untuk menghadapi Ari, dengan kerjasama yang baik akhirnya Ridho dan Oji berhasil menjauhkan Ari dari Tari, mereka berdua membawa Ari ke toilet untuk menenangkan Ari, tapi Ari memberontak, Ridho pun langsung menampar Ari, Ari terdiam dan dia hanya berkata "Namanya Matahari Jingga"
Akhirnya Dewi Fortuna berpihak kepada Ari, “Sepupunya Angga ada di kelas sepuluh tiga. Cewek. Namanya Anggita Prameswari,” ucap Ridho pelan. Senyum simpul seketika mendarat di bibir Ari. Ia menjadikan Gita sebagai pion agar Angga mundur melawan Ari. Karena itu, Angga tidak bisa lagi berkomunikasi langsung dengan Tari. Tari bingung dan sedih saat tahu tentang itu. Ia tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi sandarannya apabila teror-teror lainnya dilancarkan oleh Ari.
Tanpa di sengaja Tari bertemu dengan Ari di sebuah foodcourt, tapi setelah mereka berbincang-bincang tertebaklah, ternyata orang itu bukan Ari melainkan Ata kembaran Ari, satu kejutan buat Tari nama lengkap Ata adalah “Matahari Jingga” Ya... nama Ata adalah kebalikan dari nama Tari, dan sejak itu Tari seperti menemukan pengganti Angga.
Ari yang kayaknya cemburu dengan Angga berusaha mendekati Tari, dan Tari nggak bisa lepas dari teror Ari yang semakin brutal, teman Ari yaitu Oji kewalahan menghadapi Ari, ia lalu meminta bantuan Ridho untuk menghadapi Ari, dengan kerjasama yang baik akhirnya Ridho dan Oji berhasil menjauhkan Ari dari Tari, mereka berdua membawa Ari ke toilet untuk menenangkan Ari, tapi Ari memberontak, Ridho pun langsung menampar Ari, Ari terdiam dan dia hanya berkata "Namanya Matahari Jingga"
Akhirnya Dewi Fortuna berpihak kepada Ari, “Sepupunya Angga ada di kelas sepuluh tiga. Cewek. Namanya Anggita Prameswari,” ucap Ridho pelan. Senyum simpul seketika mendarat di bibir Ari. Ia menjadikan Gita sebagai pion agar Angga mundur melawan Ari. Karena itu, Angga tidak bisa lagi berkomunikasi langsung dengan Tari. Tari bingung dan sedih saat tahu tentang itu. Ia tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi sandarannya apabila teror-teror lainnya dilancarkan oleh Ari.
Tanpa di sengaja Tari bertemu dengan Ari di sebuah foodcourt, tapi setelah mereka berbincang-bincang tertebaklah, ternyata orang itu bukan Ari melainkan Ata kembaran Ari, satu kejutan buat Tari nama lengkap Ata adalah “Matahari Jingga” Ya... nama Ata adalah kebalikan dari nama Tari, dan sejak itu Tari seperti menemukan pengganti Angga.
Tari sangat
nyaman dengan Ata. Ata sangat berbeda dengan Ari , walau mereka kembaran sih..
Ata yang
mukanya sama persis kepada Ari membuat Tari merasa bahagia karna perasaan yang
dahulu buat Ari dia lupakan karena kelakuan sifat dan sikap Ari yang nakal. Dan
sekarang ada yang mirip sama persis tetapi dia baik sopan dan berprestasi kini berubah perasaanya suka dan cinta kepada
Ata .
Ari mengetahui
kedekatan saudara kembarannya dengan Tari merasa cemburu dan melarang Ata untuk
menjauhi Tari. Nomor HP Ata dihapus oleh Ari di HP Tari.
Tari pun
menangis, dia tidak bisa berbuat apa-apa karna Ari sangat galak dan serius saat
mengapus no Ata di HP Tari..
Tetapi Ari
malah mengira Tari menangis karna Angga.
Tanpa dia
sadari Tari menangis karna dirinya ..
Berbagai cara
dilakukan Ari agar Ata tidak lagi mendekati Tari. Tapi gagal..
Mereka tetap berhubungan
baik bahkan semakin lengket..
Sejak peristiwa
pagi hari saat melihat mata Tari bengkak,
Ari semakin penasaran. Benarkah itu hanya karena nomor HP Ata dihapusnya
dari HP Tari, atau karena Angga? Kalau memang karna Angga, Ari ingin tahu apa yang telah dilakukan cowok itu terhadap
Tari.
Setelah
menemuka a shoulder to cry on pengganti Angga dan Ari, perlahan-lahan Tari
mulai melupakan Angga dan Ari dan curhat habis-habisan kepada Ata. Gangguan dan
intimidasi Ari juga tidak diacuhkan. Dan inilah yang membuat Arimakin salah
tinggkah. Kini saingannya bukanlah
Angga, melaikan saudara kembaranya sendiri yaitu Ata.
Disaat Tari
merasa menemukan pelabuhan hatinya dalam diri Ata. Dan Ari pun mundur begitu
juga dengan Angga. ( Bersambung )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar